Kamis, 02 Juli 2015

Psikoterapi (REBT)


Eka Fitri Nuraeni
12512404
3PA12



A. Pengertian REBT

Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah teori kognitif pertama dan kini berkembang menjadi pendekatan cognitive behavioral yang utama. Terapi yang dikembangkan oleh Albert Ellis ini berorientasi pada kognisi dan perilaku dan juga menekankan pada thinking, judging, deciding, analyzing, and doing. Asumsi dasar dari REBT adalah individu berkontribusi pada masalah psikologis mereka melalui cara mereka menginterpretasi kejadian dan situasi. REBT juga didasarkan pada asumsi bahwa kognisi, emosi, dan perilaku berinteraksi secara signifikan dan memiliki hubungan yang reciprocal-cause-and effect. 

Beberapa penelitian menyatakan bahwa REBT merupakan terapi yang sangat komprehensif (Ellis,1990) yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku termasuk depresi (De Boni, 2005; Sava, 2009). REBT adalah therapy yang menekankan suatu perubahan yang mendalam terhadap cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku. Berdasarkan klasifikasi dan jenis depresi yang dapat ditangani dengan REBT bahwa subyek yang mengalami depresi masih mampu menggunakan logikanya (Iacoviello et al., 2007) dan masih dapat menerima instruksi (Welingan, 2009) meskipun pada saat itu irasional belief masih sangat kuat (Flett, 2003).

Tujuan utama dari REBT adalah fokus untuk membantu orang-orang untuk mewujudkan bahwa mereka bisa hidup lebih rasional dan produktif. Rational-Emotive Therapy merupakan sebuah usaha untuk membenarkan kesalahan-kesalahan pada alasan-alasan yang dikemukakan klien sebagai cara untuk mengeliminasi emosi-emosi yang tidak diinginkan.

B. Konsep REBT

Konsep-konsep dasar terapi rasional emotif ini mengikuti pola yang didasarkan pada teori A-B-C, yaitu:
A = Activating Experence (pengalaman aktif) Ialah suatu keadaan, fakta peristiwa, atau tingkah laku yang dialami individu.
B = Belief System (Cara individu memandang suatu hal). Pandangan dan penghayatan individu terhadap A.
C = Emotional Consequence (akibat emosional). Akibat emosional atau reaksi individu positif atau negative. Menurut pandangan Ellis, A (pengalaman aktif) tidak langsung menyebabkan timbulnya C (akibat emosional), namun bergantung pada B (belief system).


C. Langkah-langkah Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)

  • Langkah pertama 
Menunjukkan pada klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinan-keyakinan irasionalnya, menunjukkan bagaimana klien mengembangkan nilai-nilai sikapnya yang menunjukkan secara kognitif bahwa klien telah memasukkan banyak keharusan, sebaiknya dan semestinya klien harus belajar memisahkan keyakinan-keyakinannya yang rasional dan keyakinan irasional, agar klien mencapai kesadaran. 

  • ·Langkah kedua 
Membawa klien ketahapan kesadaran dengan menunjukan bahwa dia sekarang mempertahankan gangguan-gangguan emosionalnya untuk tetap aktif dengan terus menerus berfikir secara tidak logis dan dengan mengulang-ulang dengan kalimat-kalimat yang mengalahkan diri dan mengabadikan masa kanak-kanak, terapi tidak cukup hanya menunjukkan pada klien bahwa klien memiliki proses-proses yang tidak logis. 

  • Langkah ketiga 
Berusaha agar klien memperbaiki pikiran-pikirannya dan meninggalkan gagasan-gagasan irasional. Maksudnya adalah agar klien dapat berubah fikiran yang jelek atau negatif dan tidak masuk akal menjadi yang masuk akal. 

  • Langkah keempat 
Menantang klien untuk mengembangkan filosofis kehidupanya yang rasional, dan menolak kehidupan yang irasional. Maksudnya adalah mencoba menolak fikiran-fikiran yang tidak logis untuk masuk dalam dirinya.



D. Contoh Kasus

Konseli I (RC) permasalahan yang dilatarbelakangi sikap Ayahnya dalam memperlakukan konseli secara kasar dan otoriter menyebabkan konseli merasa rendah diri, RC menganggap dirinya sebagai anak yang tidak berguna dan bodoh sehingga menjadikan prestasinya menjadi rendah. Dalam penanganan konseling individu, digunakan teknik kognitif (dispute logis) dan (dispute tingkah laku) melalui teknik tersebut RC mulai tertantang pada dirinya sendiri untuk menerima pemikiran yang rasional dan berperilaku positif sedangkan teknik (dispute standard ganda) mengupayakan hubungan orangtua dengan konseli harmonis. Sedangkan teknik proyeksi waktu dan analisis rasional, membuat konseli lebih termotivasi secara positif untuk meraih kesempatan di ix masa depan dan mampu mengoptimalkan kembali kemampuan yang dimilikinya. Kemudian, mempersiapkan konseli dengan teknik homework assignments RC dapat membiasakan diri untuk mengatur pola belajar yang baik serta mengembangkan kemampuan dalam bidangnya. Klien II (NF), kurangnya perhatian dari orangtua dan pengaruh lingkungan yang negatif menyebabkan prestasi NF menurun. Rasa ketidakpedulian terhadap prestasinya yang rendah, serta pemikiran irrasionalnya menjadikan NF menjadi siswa underachiever. Dengan menggunakan teknik (dispute logis, dispute tingkahlaku, dan dispute standard ganda) konseli sudah mampu menerima untuk berfikir rasional, berperilaku positif, dan menjalin hubungan harmonis dengan orangtuanya. Kemudian teknik analisis rasional dan proyeksi waktu, NF menguatkan kembali pemikiran rasionalnya, menunjukkan perubahan positif mengenai tanggapan hasil prestasi belajarnya, dan membatasi dalam pergaulan. Selanjutnya, teknik homework assignments, konseli melatih untuk membiasakan diri dalam berperilaku, berpikir positif dan mengoptimalkan kemampuan prestasi akademik yang dimilikinya.


NB: RC dan NF adalah inisial dari nama klien.





Sumber:

Atika, I. (2013). Studi kasus penerapan model konseling rational emotif behaviour theraphy (rebt) untuk menangani siswa underachiever pada kelas viii di smp negeri 6 pati. Skripsi.

Lestari, S. (2013). Rational emotive behaviour therapy untuk menangani gangguan depresi. Jurnal sains dan praktik psikologi. Vol. 1 No. 2.

http://digilib.uinsby.ac.id/584/3/Bab%202.pdf

http://mufida-fpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail-49373-Psikologi-REBT.html