EKA FITRI NURAENI
12512404
2PA12
Dalam psikologi dikenal berbagai macam mazhab dengan teorinya
yang berbeda-beda, begitu juga dengan pengertian kepribadian sehat berbeda-beda
pada tiap mazhab. Ada 3 mazhab besar psikologi:
1. Aliran
Psikoanalisa
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud,
kepribadian terdiri dari tiga elemen. Ketiga unsur kepribadian itu dikenal
sebagai Id, Ego, dan Superego, yang bekerja sama untuk menciptakan perilaku
manusia yang kompleks. Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif,
alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini
mengabaikan Potensi yang dimiliki oleh manusia. Manusia pada dasarnya ditentukan
oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini. Id merupakan system
kepribadian yang asli.
Id merupakan segala sesuatu yang diwariskan dari lahir,
termasuk insting-insting. Ego merupakan kebutuhan-kebutuhan yang timbul karenma
organism memerlukan transaksi yang sesuai dengan kenyataan, sedangkan superego
merupakan perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional
masyarakat sebagaimana diterangkan kepada orangtua kepada anak, dan
dilaksanakan dengan cara memberinya hadiah atau hukuman. Tetapi dengan adanya
superego tersebut isu bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental. Kenapa begitu
karena apabila superego jauh lebih dominan keinginan orangtua dari pada
keinginan anak, maka anak tersebut dapat menjadi agresif karena sifat yang
telah ditanamkan oleh orang tuanya tersebut. Freud (1930) berteori bahwa
manusia lahir dengan memiliki insting (instinct) untuk hidup yang
disebut Eros, dan juga insting untuk mati yang disebut Thanatos.
Thanatos ini yang mendorong tindakan-tindakan agresi. Freud meyakini bahwa
energy agresif harus disalurkan. Pernyataannya Freud mengenai hal ini disebut
sebagai ‚teori hidrolik (hydraulic theory)‛ yang analog dengan keadaan
air yang tertekan dan meluap ke atas di dalam suatu tempat: Bila tidak ada
pelepasan energy maka akan terjadi suatu ledakan (eksplosi).
Menurut Freud, masyarakat memiliki fungsi untuk meregulasi
insting mati dan membantu orang-orang menyublimasikan-nya, sehingga energi
agresif berubah menjadi perilaku yang dapat diterima atau bermanfaat. Misalnya,
Freud yakin bahwa di balik kreasi artistik atau inovatif adalah sublimasi
(perubahan wujud) dari energi agresif (atau seksual).
2. Aliran
Behavioristik
Teori ini di prakarsai oleh John B Watson (1879-1958) yang
lama di universitas John Hopkins. Watson menolak bahwa pikiran sebagai
subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokilogi dibatasi pada studi tentang
perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat di
observasi. Tokoh behaviorisme lainnya adalah B.F. Skinner, Ivan Pavlov.
Aliran behaviorisme ini mempunyai 3 ciri penting :
- Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen-elemen atau bangunan perilaku
- Menekankan pada perilaku yang dipelajari daripada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme kecenderungan menolak perilaku bawaan
- Difokuskan pada perilaku binatang. Tidak ada perbedaan esensial antara perilaku manusia dan perilaku binatang dan bahwa kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
Kepribadian yang sehat adalah kepribadian yang dapat
mempelajari sifat dan perilaku dari mana saja baik dari sesama manusia maupun
binatang sendiri, tapi kita juga dapat memilih yang mana yang baik dan yang
mana yang tidak.
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin,
yaitu di dalam suatu system kompleks yang bertigkah laku menurut cara-cara yang
sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu digambarkan
sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya,
dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat
pengatur panas.
3. Aliran
Humanistik
Humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar
psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog
terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu
dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri.
Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu
dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan
benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri,
bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh
pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan
keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati
nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi
kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan
nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik,
manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau,
kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan
tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia
adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia
untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk
menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan
diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam
mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia
bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan
kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
ALLPORT
Ada
tujuh cirri-ciri kepribadian yang matang menurut Allport, yaitu:
1. Perluasan Perasaan Diri:
1. Perluasan Perasaan Diri:
Ketika orang menjadi matang, dia
mengembangkan perhatian-perhatian diluar diri. Orang harus menjadi partisipan
yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik yang
dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha
manusia”. Orang harus meluaskan diri kedalam aktivitas. Dalam pandangan allport suatu aktivitas harus
relevan dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Apabila
anda mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya membuat anda merasa enak,
maka anda merupakan seorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan itu.
Aktivitas itu lebih berarti bagi anda dari pada pendapatan yang peroleh;
aktifitas itu memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain juga.
2. Hubungan diri yang hangat dengan orang lain
2. Hubungan diri yang hangat dengan orang lain
Allport membedakan dua macam
kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain; kapasitas untuk keintiman
dan kapasitas untuk perasaan terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu
memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua,anak,partner,teman akrab.
Orang mengungkapkan partisipasi otentik dengan orang yang dicintai dan
memperlihatkan kesejahteraanya; hal ini sama pentingnya dengqn kesejahteraan
individu sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman adalah suatu
perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik. orang yang neurotis harus
menerima cinta jauh lebih banyak dari pada kemampuan mereka untuk memberinya.
Apabila mereka memberi cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan
kewajiban-kewajiban yang bersifat timbalbalik. Cinta dari orang-orang yang
sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat. Perasaan terharu,
tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia
dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki
kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan,penderitaan,ketakutan-ketakutan,
dan kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Empati itu timbul dari
“perluasan imajinatif” dari perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada
umunya
3. Keamanan emosional
Sifat dari kepribadian yang satu
ini meliputi beberapa kualitas:
Kualitas utama adalah penerimaan
diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari ada
mereka, termasuk dari kelemahan dan kekurangan tanpa menyerah secara pasif pada
kelemahan-kelemahan tersebut. Kepribadian-kepribadian yang sehat juga
mampu menerima emosiemosi mereka, mereka bukan tawanan dari emosi-emosi
mereka,dan mereka juga tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu.
Kualitas lain dari keamanan
emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang
yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran; mereka tidak menyerahkan
diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara-cara yang berbeda, yang
kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau
tujuan-tujuan substitusi.
4. Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang
dunia mereka secara objektif. Sebaliknya orang yang neurotis kerapkali harus
mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan
keinginan-keinginan,kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka
sendiri.
Orang-orang yang sehat tidak perlu
percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau
semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka
menerima realita sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
5. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya
pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan
dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan
bakat-bakat tertentu suatu tingkat kemampuan. Kita juga harus menggunakan
keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas,antusias, melibatkan dan
menempatkan diri sepenuhnya alam pekerjaan kita. Komitmen dalam orang-orang
yang sehat begitu kuat sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan
yang berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka
terbenam dalam pekerjaan. Dedikasi terhadap pekerjaan ini ada hubungannya
dengan gagasan tentang tanggung jawab dan dengan kelangsungan hidup yang positif.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan konstinuitas untuk
hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif
tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukan dengan dedikasi, komitmen,
dan keterampilan-keterampilan.
6. Pemahaman Diri
Pengenalan diri yang memadai
menuntut pemahaman tentang hubungan/perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang
dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Semakin dekat hubungan antara
kedua gagasan ini, maka individu juga semakin matang. Hubungan lain yang
penting adalah hubungan antara apa yang dipikirkan orang-orang lain tentang
dirinya itu. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam
merumuskan suatu gambaran diri yang objektif. Orang yang memiliki suatu tingkat
pemahaman diri (selfobjectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak
mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negativ pada orang
lain. Orang itu akan menadi hakim yang seksama terhadap orang-orang lain, dan
biasanya dia diterima dengan lebih baik oleh orang-orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang
memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang
memiliki wawasan diri yang kurang. Selain itu, terdapat korelasi yang tinggi
antara tingkat wawasan diri dan perasaan humor, yakni tipe humor yang
menyangkut persepsi tentang hal-hal yang aneh dan hal-hal yang mustahil serta
kemampuan untuk menertawakan diri sendiri. (Allport) membedakan humor ini dari
humor komik kasar yang menyangkut seks dan agresi).
7. Filsafat Hidup yang Mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke
depan, didorong oleh tujuantujuan dan rencana-rencana jangka panjang.
Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja
sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan ini memberi
kontinuitas bagi kepribadian mereka. Allport menyebut dorongan yng
mempersatukan ini “arah”(directness). Arah ini membimbing semua segi kehidupan
seseorang menuju suatu tujuan atau rangkaian tujuan) serta memberikan orang itu
suatu alasan untuk hidup. Tanpa tujuan kita mungkin akan mengalami
masalah-masalah kepribadian. Mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat
tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Mungkin kerangka untuk
tujuan-tujuan khusus itu adalah ide tentang nilai-nilai. Allport menekankan
bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi
perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Seorang individu dapat
memilih di antara berbagai nilai-nilai dan nilai-nilai itu mungkin berhubungan
dengan diri sendiri atau mungkin nilai-nilai itu luas dan dimiliki oleh banyak
orang lain. Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai atau hanya memiliki
nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara. Nilai-nilai orang yang
neurotis tidak tetap atau tidak cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan
semua segi kehidupan. Suara hati juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang
mempersatukan. Suara hati yang tidak matang sama seperti suarahati kanak-kanak,
yang patuh dan membudak, penuh denganpembatasan-pembatasan dan
larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Suara
hati yang tidak matang bercirikan perasaan “harus” dan bukan “sebaiknya”. Suara
hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri
sendiri dan kepada orang-orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai
agama dan nilai-nilai etis.
CARL ROGERS
Menurut Rogers : Memahami dan
menjelaskan teori kepribadian sehat menurut rogers yang meliputi
- Perkembangan kepribadian “self”
- Peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individu
- Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhya
1.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN “SELF”
Roger bekerja
dengan individu-individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah
kepribadian mereka. Untuk merawat pasien-pasien ini, Rogers mengembangkan suatu
metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama terhadap perubahan
kepribadian pada klien, bukan pada ahli terapi.
Menurut Rogers,
manusia yang sadar dan rasional, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa
kanak-kanak. Hal ini tidak menghukum atau mengutuk kita untuk hidup dalam
konflik dan kecemasan yang tidak dapat kita kontrol. Masa sekarang dan
bagaimana kita memandangnya bagi kepribadian yang sehat adalah jauh lebih
penting daripada masa lampau.
Rogers mempunyai
konsepsi-konsepsi pokok didalam teorinya, yaitu:
- Organism, yaitu keseluruhan individu
- Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman dan
- Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdeferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai beramacam-macam sifat:
- Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
- Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.
- Self mengejar keutuhan/kesatuan.
- Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
- Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
- Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
Saat kecil, anak-anak mulai
membedakan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Anak-anak
mulai menambahkan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan
kemampuannya untuk membedakan antara apa yang menjadi milik dan benda yang
dilihat, diraba, didengar dan dicium ketika dia mulai membentuk suatu gambaran
tentang siapa dirinya. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu
“pengertian-diri’ (self concept). Sebagian dari self concept,
anak juga mengambarkan dia akan menjadi apa dan siapa. Gambaran itu terbentuk
sebagai suatu akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan
orang lain. Dengan mengamati orang lainterhadap tingkah lakunya sendiri, anak
itu secara ideal mengembangkan suatu pola gambaran diri yang konsisten.
2. PERANAN POSITIF REGARD DALAM
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN INDIVIDU
Positive regard, suatu
kebutuhan yang memaksa, dimiliki semua manusia; setiap anak terdorong untuk
mencari positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan
kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau menerima kasih sayang
dan cinta dari orang lain (ibunya), tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan
dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Anak itu akan tumbuh menjadi suatu
kepribadian yang sehat, tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive
regard ini dipuaskan dengan baik.
Dalam hal ini, anak menjadi peka
terhadap setiap tanda penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya
menurut reaksi yang diharapkan. Anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya
dari orang-orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena ia telah merasa
kecewa, maka kebutuhan akan positive regard yang sekarang bertambah
kuat, makin lama makin mengerahkan energi dan pikiran. Anak itu harus bekerja
keras untuk positive regard dengan mengorbankan aktualisasi-diri.
Anak dalam situasi ini mengembangkan
apa yang disebut Rogers “penghargaan diri positif bersyarat” (conditional
positive regard). Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat
terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional
positive regard maka ia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu
terjadi, maka sikap ibu diambil alih oleh anak itu dan diterapkan kepada
dirinya.
3. CIRI-CIRI ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA
Hal yang pertama dikemukakan
tentang versi Rogers mengenai kepribadian yang sehat, yakni keribadian yang
sehat itu bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses,
“suatu arahan bukan suatu tujuan”. Aktualisasi diri berlangsung terus; tidak
pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Hal kedua dari
aktualisasi diri adalah aktualisasi diri itu merupakan suatu proses yang sukar
dan kadang menyakitkan. Aktualisasi diri merupakan suatu ujian, rentangan dan
pecutan terus menerus terhadap semua kemampuan seseorang. Hal ketiga tentang
orang-orang yang mengaktualissikan diri, yakni mereka benar-benar adalah diri
mereka sendiri. Mereka tida bersembunyi dibelakang topeng yang berpura-pura
menjadi sesuatu yang bukan mereka atau menyembunikan sebagian diri
mereka.
Rogers tidak percaya bahwa
orang-orang yang mengaktualisasikan diri hidup dibawah hukum-hukum yang
diletakkan orang-orang lain. Arah yang dipilih, tingkah laku yang
diperlihatkan, semata-mata ditentukan oleh individu-individu mereka sendiri.
Rogers juga memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya.
a) Keterbukaan
Pada Pengalaman
Seseorang yang terhambat oleh
syarat-syarat penghargaan, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tak
satu pun yang harus dilawan karena tidak satu pun yang mengancam. Jadi,
keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari dalam dan dari luar disampaikan
ke sistem syaraf organisme tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang berfungsi sepenuhnya
dapat dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak
emosi yang bersifat positif dan negatif (kebahagiaan maupun kesusahan) dan
mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang yang defensif.
b) Kehidupan
Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya,
hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar
dan baru, seperti sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang persis sama. Maka
dari itu ada kegembiraan karena setiap saat pengalaman tersingkap. Orang yang
berfungsi sepenuhnya jelas dapat menyesuaikan diri karena struktur-diri
terus-menerus terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru. Kepribadian yang
demikian itu tidak kaku dan dapat diramalkan.
c) Kepercayaan
Terhadap Organisme Orang Sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang
dirasa benar merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan
suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau
intelektual. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut
impuls-impuls yang timbul seketika dan intuitif. Dalam tingkah laku yang
demikian itu terdapat banyak spontanitas dan kebebasan, tetapi tidak sama
dengan bertindak terburu-buru atau sama sekali tidak memperhatikan
konsekuensi-konsekuensinya.
d) Perasaan
Bebas
Rogers percaya bahwa semakin
seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk
memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang
yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi
mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak
diatur oleh tingkah laku, keadaan atau peristiwa masa lampau.
e) Kreatifitas
Orang-orang yang kreatif dan
spontan tidak terkenal karena konformitas atau penyesuaian diri yang pasif
terhadap tekanan-tekanan sosial dan kultural. Rogers percaya bahwa orang-orang
yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap
perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki
kreatifitas dan spontanitas untuk menanggulani perubahan-perubahan traumatis
sekalipun, seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana ilmiah.
ABRAHAM MASLOW
Teori Kepribadian Abraham Maslow
1.
Individu sebagai Kesatuan Terpadu
Pertama-tama
Maslow menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu dan
terorganisasi, sehingga motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah
motivsi individu seutuhnya bukan bagian darinya. Menurut maslow manusia harus
diselidiki sebagai sesuatu yang totalitas, sebagai suatu system, setiap bagian
tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain. Pernyataan ini hampir menjadi
aksioma yang diterima oleh semua orang, yang kemudian sering dilupakan dan
diabaikan tatkala seseorang melakukan penelitian. Penting sekali untuk selalu
disadarkan kembali hal ini sebelum seseorang melakukan eksperimen atau menyusun
suatu teori motivasi yang sehat.
2.
Hirarki Kebutuhan
Maslow
mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia
menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat
yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi,
orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut.. Maslow membuat
tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima karakteristik. sebagai berikut:
- Kebutuhan fisiologis, Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan. Tidak diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini.
- Kebutuhan akan rasa aman, Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan. Untuk pribadi yang sehat, kebutuhan rasa aman tidak berlebih-lebihan atau selalu mendesak. Kebanyakan diantara kita ini tidak menyerah atau sama sekali tunduk kepada kebutuhan-kebutuhan rasa aman, tetapi dalam pada itu juga kita merasa tidak puas kalau jaminan dan stabilitas sama sekali tidak ada.
- Kebutuhan social, Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini,belum pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya seorang sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu. Maslow percaya bahwa makin lama makin sulit memuaskan kebutuhan akan memiliki dan cinta kerena mobilitas kita.begitu sering kita berganti rumah, tetangga, kota, bahkan pathner, sehingga kita tidak dapat berakar. Kita tidak cukup lama berada disuatu tempat untuk mengembangkan perasaan yang memiliki. Banyak orang dewasa merasakan kesepian dan terisolasi, meskipum mereka hidup ditengah-tengah orang banyak.
- Kebutuhan akan penghargaan, Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.
Kebutuhan
akan aktualisasi diri, Menurut Maslow,
setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk
tumbuh berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut oleh Maslow sebagai
aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk
makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan
yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah
kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai. Kebutuhan
akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi
Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai
titik tolak prioritas untuk membina manusia berkepribadian unggul. Belakangan
ini muncul gagasan tentang perlunya jembatan antara kemampuan majanerial secara
ekonomis dengan kedalaman spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin
yang handal tanpa melupakan sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida kebutuhan
Maslow yang berangkat dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi
diri diputarbalikkan. Dengan demikian perilaku organisme yang diharapkan
bukanlah perilaku yang rakus dan terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan,
melainkan perilaku yang lebih suka memahami daripada dipahami, memberi daripada
menerima.
ERICH FROMM
Menurut Erich Fromm, manusia adalah
makhluk sosial. Berdasar pada pendapat tersebut, maka salah satu ciri pribadi
yang sehat berarti adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial.
Masyarakat sangat penting peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.
Kepribadian seseorang merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat.
Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat
yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
Menurut Fromm, ada lima watak
sosial di dalam masyarakat:
1) Penerimaan
(receptive)
2) Penimbunan
(hoarding)
3)
Penjualan/pemasaran (marketing)
4)
Penghisapan/pemerasan (exploitative)
5) Produktif
(productive)
Dari kelima watak sosial ini yang
benar-benar tepat dan sehat hanyalah watak produktif karena watak produktif
didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat membantu perkembangan dan
pertumbuhan pribadi dan masyarakat.
Masyarakat yang baik itu perlu
ditopang dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe yang berbeda
tentang cinta, yaitu:
1) Cinta
persaudaraan
2) Cinta keibuan
3) Cinta erotik
4) Cinta diri
5) Cinta ilahi
Menurut Fromm, cinta sangat penting
untuk membangun dunia yang lebih baik sebab yang dicari setiap orang di dalam
masyarakat bukan penderitaan.
Jadi menurut Fromm, pribadi yang
sehat adalah pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai
dengan hubungan-hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan
tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup
seorang pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang
dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is
being, not having and using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang
berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
- mampu mencintai dan dicintai,
- mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
- mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
- mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
- memiliki watak sosial yang produktif.
Sumber:
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id
http://ratihfirmansyah.blogspot.com/2013/04/teori-kepribadian-sehat.html
Puspitawati, I. Dwi Riyanti, Hendro
Prabowo.(1996). Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum I. Jakarta. Gunadarma.
http://staciafie.wordpress.com/2013/03/27/teori-kepribadian-sehat/