Eka Fitri Nuraeni
12512404
3PA12
A. Pengertian REBT
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah teori kognitif pertama dan kini berkembang menjadi pendekatan cognitive behavioral yang utama. Terapi yang dikembangkan oleh Albert Ellis ini berorientasi pada kognisi dan perilaku dan juga menekankan pada thinking, judging, deciding, analyzing, and doing. Asumsi dasar dari REBT adalah individu berkontribusi pada masalah psikologis mereka melalui cara mereka menginterpretasi kejadian dan situasi. REBT juga didasarkan pada asumsi bahwa kognisi, emosi, dan perilaku berinteraksi secara signifikan dan memiliki hubungan yang reciprocal-cause-and effect.
Beberapa
penelitian menyatakan bahwa REBT merupakan terapi yang sangat komprehensif
(Ellis,1990) yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi,
kognisi, dan perilaku termasuk depresi (De Boni, 2005; Sava, 2009). REBT adalah
therapy yang menekankan suatu perubahan yang mendalam terhadap cara berpikir
dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan
berperilaku. Berdasarkan klasifikasi dan jenis depresi yang dapat ditangani
dengan REBT bahwa subyek yang mengalami depresi masih mampu menggunakan
logikanya (Iacoviello et al., 2007) dan masih dapat menerima instruksi
(Welingan, 2009) meskipun pada saat itu irasional belief masih sangat kuat
(Flett, 2003).
Tujuan utama dari REBT adalah fokus untuk membantu orang-orang untuk mewujudkan bahwa mereka bisa hidup lebih rasional dan produktif. Rational-Emotive Therapy merupakan sebuah usaha untuk membenarkan kesalahan-kesalahan pada alasan-alasan yang dikemukakan klien sebagai cara untuk mengeliminasi emosi-emosi yang tidak diinginkan.
Konsep-konsep dasar terapi rasional emotif ini mengikuti pola yang didasarkan pada teori A-B-C, yaitu:
A = Activating Experence (pengalaman aktif) Ialah suatu keadaan, fakta peristiwa, atau tingkah laku yang dialami individu.
B = Belief System (Cara individu memandang suatu hal). Pandangan dan penghayatan individu terhadap A.
C = Emotional Consequence (akibat emosional). Akibat emosional atau reaksi individu positif atau negative. Menurut pandangan Ellis, A (pengalaman aktif) tidak langsung menyebabkan timbulnya C (akibat emosional), namun bergantung pada B (belief system).
- Langkah pertama
Menunjukkan pada klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinan-keyakinan irasionalnya, menunjukkan bagaimana klien mengembangkan nilai-nilai sikapnya yang menunjukkan secara kognitif bahwa klien telah memasukkan banyak keharusan, sebaiknya dan semestinya klien harus belajar memisahkan keyakinan-keyakinannya yang rasional dan keyakinan irasional, agar klien mencapai kesadaran.
- ·Langkah kedua
Membawa klien ketahapan kesadaran dengan menunjukan bahwa dia sekarang mempertahankan gangguan-gangguan emosionalnya untuk tetap aktif dengan terus menerus berfikir secara tidak logis dan dengan mengulang-ulang dengan kalimat-kalimat yang mengalahkan diri dan mengabadikan masa kanak-kanak, terapi tidak cukup hanya menunjukkan pada klien bahwa klien memiliki proses-proses yang tidak logis.
- Langkah ketiga
Berusaha agar klien memperbaiki pikiran-pikirannya dan meninggalkan gagasan-gagasan irasional. Maksudnya adalah agar klien dapat berubah fikiran yang jelek atau negatif dan tidak masuk akal menjadi yang masuk akal.
- Langkah keempat
Menantang klien untuk mengembangkan filosofis kehidupanya yang rasional, dan menolak kehidupan yang irasional. Maksudnya adalah mencoba menolak fikiran-fikiran yang tidak logis untuk masuk dalam dirinya.
D. Contoh Kasus
Konseli I (RC) permasalahan yang dilatarbelakangi sikap
Ayahnya dalam memperlakukan konseli secara kasar dan otoriter menyebabkan
konseli merasa rendah diri, RC menganggap dirinya sebagai anak yang tidak
berguna dan bodoh sehingga menjadikan prestasinya menjadi rendah. Dalam
penanganan konseling individu, digunakan teknik kognitif (dispute logis) dan
(dispute tingkah laku) melalui teknik tersebut RC mulai tertantang pada dirinya
sendiri untuk menerima pemikiran yang rasional dan berperilaku positif
sedangkan teknik (dispute standard ganda) mengupayakan hubungan orangtua
dengan konseli harmonis. Sedangkan teknik proyeksi waktu dan analisis rasional,
membuat konseli lebih termotivasi secara positif untuk meraih kesempatan di
ix
masa depan dan mampu mengoptimalkan kembali kemampuan yang dimilikinya.
Kemudian, mempersiapkan konseli dengan teknik homework assignments RC
dapat membiasakan diri untuk mengatur pola belajar yang baik serta
mengembangkan kemampuan dalam bidangnya. Klien II (NF), kurangnya
perhatian dari orangtua dan pengaruh lingkungan yang negatif menyebabkan
prestasi NF menurun. Rasa ketidakpedulian terhadap prestasinya yang rendah,
serta pemikiran irrasionalnya menjadikan NF menjadi siswa underachiever.
Dengan menggunakan teknik (dispute logis, dispute tingkahlaku, dan dispute
standard ganda) konseli sudah mampu menerima untuk berfikir rasional,
berperilaku positif, dan menjalin hubungan harmonis dengan orangtuanya.
Kemudian teknik analisis rasional dan proyeksi waktu, NF menguatkan kembali
pemikiran rasionalnya, menunjukkan perubahan positif mengenai tanggapan hasil
prestasi belajarnya, dan membatasi dalam pergaulan. Selanjutnya, teknik
homework assignments, konseli melatih untuk membiasakan diri dalam
berperilaku, berpikir positif dan mengoptimalkan kemampuan prestasi akademik
yang dimilikinya.
NB: RC dan NF adalah inisial dari nama klien.
Sumber:
Lestari, S. (2013). Rational emotive behaviour therapy untuk menangani gangguan depresi. Jurnal sains dan praktik psikologi. Vol. 1 No. 2.
http://digilib.uinsby.ac.id/584/3/Bab%202.pdf
http://mufida-fpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail-49373-Psikologi-REBT.html
http://digilib.uinsby.ac.id/584/3/Bab%202.pdf
http://mufida-fpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail-49373-Psikologi-REBT.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar